BAB I
KONSEP & KARAKTERISTIK E-LEARNING
A.
Uraian Materi
1.
Pengertian dasar
e-learning
Proses pembelajaran tradisional berlangsung dalam suatu
kelas dan ditandai dengan hadirnya
seorang pendidik yang mengendalikan pembelajaran. Hal ini yang membuat
paradigma pembelajaran berpusat pada guru(teacher
centred learning). Paradigma ini mulai bergeser dengan munculnya paradigma
baru yang menjadikan peserta didik sebagai
active learner, peserta didik sebagai pusat pembelajaran (student centred learning). Student centred learningmengacu pada
kesempatan belajar yang relevan
dengan kebutuhan peserta didik, artinya kebutuhan belajar tersebut datang dari
peserta didik.
Student centred
learning, pembelajaran berfokus pada aktifitas belajar
dan bukan aktifitas mengajar. Maka keberadaan guru bukan satu-satunya faktor
penentu keberhasilan proses pembelajaran, melainkan dapat digantikan dengan
bahan belajar, media belajar, serta terciptanya komunikasi antar pembelajar.
Pemunuhan kebutuhan peserta didik yang
beragam saat ini terdukung dengan keberadaan Teknologi Informasi dan Komputer
(TIK). Dengan TIK bahan belajar
dapat
dibuat menjadi lebih menarik, melibatkan banyak jenis media, interaktif, dan
mudah didistribusi kepada peserta didik tanpa batasan ruang dan waktu.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah
rendahnya kualitas pendidikan yang dapat dilihat dari proses pendidikan yang
sedang berjalan maupun produk hasil pendidikan. Hasil laporan Bank Dunia
tentang hasil tes membaca anak SD sangat memprihatinkan, dalam bidang
matematika Indonesia menduduki peringkat ke 32 dari 38 negara. Sedangkan dari
segi proses pendidikan khususnya pembelajaran sebagian besar guru lebih cenderung menanamkan materi
pelajaran yang bertumpu pada aspek kognitif rendah. Proses belajar mengajar
merupakan jantungnya pendidikan yang harus diperhitungkan, karena terdapat
transformasi berbagai konsep, nilai serta materi pendidikan diintegrasikan.
Dikaitkankan dengan tuntutan masa depan mengubah sistem pembelajaran konvensional dengan
sistem pembelajaran yang lebih efektif dan efisien,
dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi melalui jaringan internet.
Penggunaan internet untuk proses pembelajaran sudah diimplementasikan dengan
penerapan e-learninguntuk penyebaran
informasi dan berkomunikasi. Istilah e-learningdapat pula didefinisikan
sebagai sebuah teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam
bentuk dunia maya. Dalam teknologi e-learning,
proses pembelajaran yang biasa didapatkan di
dalam sebuah kelas di lakukan
secara live namun virtual.
E-learning sering pula disebut pembelajaran onlineatau
online course. Pembelajaran online dalam pelaksanaannya memanfaatkan
dukungan jasa teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, seperti
komputer, telepon, audio, video, transmisi satelit, dan sebagainya. E-learning sangat berkembang karena
relatif tidak memerlukan biaya tinggi namun memiliki jangkauan yang luas, sebab
e-learning dapat menjangkau hingga
keseluruh dunia tanpa dibatasi oleh kondisi geografis, sehingga lebih mudah
untuk menyampaikan informasi pembelajaran.
Menurut Widhiarta (2008), keberadaan TIK memunculkan model
pembelajaran baru antara lain:
a.
Computer Based
Learning/Training (CBL/CBT)
Dalam
CBL/CBT pembelajaran berlangsung dengan cara penyediaan bahan belajar berupa
model elektronik, software edukasi,
maupun bentuk softcopy dari makalah
yang sudah ada. Bahan belajar juga bisa
berupa program simulasi keterampilan tertentu sesuai kebutuhan khusus pembelajaran.
b.
Web Based
Learning/Web Based Training
Perkembangan
Internet memungkinkan model belajar CBL/CBT yang terintegrasi dalam jaringan
komputer sehingga terjadi perluasan akses bahan belajar kapanpun dan dimanapun.
Aktivitas kelas terjadi dengan cara peserta mengunduh dan mempelajari bahan
belajar, mengikuti diskusi dengan pengajar menggunakan teknologi komunikasi
yang tersedia (chat, email, video
converence)
c.
Mobile Learning
Model
pembelajaran yang memanfaatkan keberadaan ponsel cerdas yang pervasif dan
merupakan bagian dari kultur populer masyarakat sebagai sarana pembelajaran.
Fitur dan kelengkapan teknologi telepon genggam saat ini sangat mendukung
keberhasilan konsep mobile learning.
Ketiga bentuk pembelajaran diatas disebut pembelajaran
secara elektronik, atau sering disebut e-learning.
Namun masih ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai makna dan hubungan
istilah e-learning, flexibel learning, dan
online learning. Salah satu definisi
dikeluarkan oleh The American Society for
Training and Development (ASTD, 2009, dalam Suhaemy, 2014) yang menyebutkan bahwa e-learning adalah
himpunan aplikasi dan proses yang meliputi pembelajaran berbasis web (web
based learning), pembelajaran berbasis komputer (computer based learning), dan kelas virtual (virtual classroom). Sebagian dari model ini dilakukan dengan
Internet, Intranet, audio, video, tv interaktif,
dan CD room.
Definisi tersebut, jelas bahwa konteks e-learning lebih luas dari pada online learning, karena e-learning
meliputi pemanfaatan perangkat elektronik yang tidak harus terkoneksi
secara online. Sementara flexible learning memberikan pilihan
yang lebih luas pada apa, kapan, dimana, dan bagaimana kita belajar. Artinya Flexible learninglebih mengarah pada
pendekatan bahwa teknologi memungkinkan semua pembelajaran lebih flexibel.
Sedangkan online learning mencakup pembelajaran yang dilaksanakan dengan
teknologi berbasis web.
Melalui e-learning materi pembelajaran dapat diakses kapan
saja dan dari mana saja, disamping itu materi juga dapat diperkaya dengan
berbagai sumber belajar serta dapat diperbaharui dengan cepat. E-learningmembawa prinsip terciptanya
lingkungan belajar yang fleksibel dan terdistribusi.
2.
Karakteristik
e-Learning
Terdapat beberapa karakteristik yang harus dimiliki e-learning yang membedakannya dengan
pembelajaran konvensional, yaitu interactivity,
independency, accessibility, dan enrichment.
a.
Interactivity
e-learning
harus memfasilitasi jalur komunikasi baik secara real time(synchronus)
seperti chatting dan messenger, maupun tidak real time (asynchronous) seperti forum dan mailing list.
b.
Independency/kemandirian
Ketersediaan
bahan belajar, waktu, dan akses yang flexibel
memungkinkan peserta didik untuk melakukan aktivitas
pembelajaran sesuai dengan kondisi masing-masing dan menjadi active learner. Namun
hal ini tidak akan berjalan baik jika masing-masing individu tidak memiliki
kemandirian. Kemandirian disini berarti peserta didik belajar tanpa ada yang menyuruh atau mengingatkan,
mengerjakan tugas tanpa ada yang mengejar-ngejar dan lain-lain. Semua
berdasarkan kesadaran sendiri. Jadwal, pengaturan waktu dan reminder, bahkan
saran acuan belajar yang ada hanya
berupa mesin belaka, yang tidak akan berarti apapun jika peserta didik tidak
menyadarinya secara mandiri.
c.
Accessibillity/aksesabilitas
Sumber-sumber
belajar dan informasi akademik harus lebih mudah diakses dan terdistribusi
lebih luas dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
d.
Enrichment/pengayaan
Kegiatan
pembelajaran serta presentasi bahan pembelajaran disajikan dengan cara yang
lebih variatif dan interaktif seperti penggunaan video striming, aplikasi
simulasi, dan animasi.
Menurut Clark dan Mayer (2008) yang termuat dalam makalah Effective E- Learning Design (Steen H,
2008), e-learning adalah intruksi yang diantarkan melalui sistem komputer
dengan tujuan membangun keterampilan dan kemampuan yang dapat
ditransfer (transferable).
E-learning yang efektif selayaknya memiliki karakteristik sebagai berikut.
1)
Meliputi konten yang
relevan dengan fitur pembelajaran
2)
Menggunakan metode instruksi
seperti contoh dan praktek untuk membantu pembelajaran
3)
Memanfaatkan berbagai elemen media untuk
menyampaikan konten dan metode
4)
Membangun pengetahuan dan
keterampilan baru yang dapat
meningkatkan perfoma
Menurut Munir (2008) karakteristik e-learning antara lain:
1)
Memanfaatkan jasa teknologi
elektronik sehingga dapat memperoleh informasi dan melakukan komunikasi dengan
mudah dan cepat, baik antara
pengajar dengan pembelajar, atau pembelajar dengan pembelajar.
2)
Memanfaatkan media komputer,
seperti jaringan komputer (computer
networkatau digital media)
3)
Menggunakan materi pembelajaran
untuk dipelajari secara mandiri (self
learning material)
4)
Materi pembelajaran dapat disimpan
di komputer sehingga diakses oleh pengajar dan pembelajar, atau siapapun tidak
terbatas waktu dan tempat kapan saja dan diamana
saja sesuai dengan keperluannya
5)
Memanfaatkan komputer untuk proses
pembelajaran dan juga untuk mengetahui hasil kemajuan belajar, atau
administrasi pendidikan, serta untuk memperoleh informasi yang banyak dari
berbagai sumber informasi.
BAB II
TUJUAN
Adapun tujuan dari E-learning, diantaranya :
2. Meningkatkan kemampuan belajar mandiri
3. Meningkatkan kualitas materi pembelajaran
4. Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
BAB III
MANFAAT E-LEARNING
Pemanfaatan e-learning
tidak terlepas dari jasa Internet. Internet menjadi suatu kebutuhan, karena
berbagai informasi di dalamnya dapat diakses secara mudah, kapan saja, dan
dimana saja. Pembelajaran dengan menggunakan jasa Internetakan mempengaruhi tugas pengajar dalam proses pembelajaran
dan cara belajar dari pembelajar itu sendiri. Proses pembelajaran tidak lagi
didominasi oleh pengajar, melainkan dilengkapi oleh teknologi yang berkembang
dengan pesar setiap saat seperti komputer. Pelengkap lainnya seperti modul atau
buku.
Mannfaat
e-learning dnegan penggunaan internet, khususnya dalam pembelajaran jarak jauh,
antara lain:
1)
Pengajar dan pembelajara dapat
berkomunikasi secara cepat dan mudah melalui fasilitas internettanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
2)
Pengajar dan pembelajar dapat
menggunakann materi pembelajaran yang ruang lingkup (scope) dan urutan (sekuensnya)
sudah sistematis terjadwal melalui internet, sehingga bagi pengajar bisa
menilai seberapa jauh materi pembelajaran tersebut disajikan, dan bagi
pembelajar dapat menilai seberapa jauh materi pembelajar dapat dipelajari dan dikuasainya.
3)
Dengan E-learningdapat menjelaskan materi pembelajaran yang sulit dan
rumit menjadi mudah dan sederhana.
4)
Mempermudah dan mempercepat
mengakses atau memperoleh banyak informasi yang berkaitan dengan materi
pembelajaran yang dipelajarinya dari berbagai sumber informasi dnegan melakukan
akses di internet.
5)
Internet dapat dijadikan sebagai
media untuk melakukan diskusi antara pengajar dengan pembelajar, baik untuk
seorang pembelajar, atau dalam jumlah pembelajar terbatas, bahkan massal.
6)
Peran pembelajar menjadi lebih
aktif mempelajari materi pembelajaran, memperoleh ilmu pengetahuan atau
informasi secara mandiri tidak mengandalkan
pemberian
dari pengajar, disesuaikan pula dengan keinginan dan minatnya terhadap materi
pembelajaran.
7) Relatif lebih
efisien dari segi tempat, waktu, dan biaya.
8)
Bagi pembelajar yang sudah bekerja
dan sibuk dengan kegiatannya, sehingga tidak memiliki waktu untuk datang ke
suatu lembaga pendidikan, maka dapat mengakses internet kapanpun sesuai dengan
waktu luangnya.
9)
Dari segi biaya, penyediaan layanan
internet lebih kecil biayanya
dibanding harus membangun ruangan atau kelas pada lembaga pendidikan sekaligus
memeliharanya, serta menggaji para pegawainya.
10)
Memberikan pengalaman bermakna bagi
pembelajar karena dapat berinteraksi langsung, sehingga pemahaman terhadap
materi pembelajaran akan lebih bermakna pula (meaningfull), mudah dipahami, diingat, dan mudah pula untuk
diungkapkan kembali.
11)
Kerjasama dalam komunitas onlineyang memudahkan dalam transfer
informasi dan melakukan suatu komunikasi, sehingga tidak akan kekurangan sumber
atau materi pembelajaran.
12)
Administrasi dan pengurusan yang
terpusat sehingga memudahkan dalam melakukan akses atau dalam operasionalnya.
13) Membuat pusat
perhatian dalam pembelajaran.
BAB IV KOMPONEN E-LEARNING
Untuk
dapat terselenggaranya e-learning diperlukan 3 komponen pembentuk e-learning
yaitu:
a.
Infrastruktur :
Infrastruktur e-learning dapat berupa personal computer (PC), jaringan
komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk didalamnya peralatan teleconference apabila kita memberikan
layanan synchronous learning melalui teleconference.
b.
Sistem dan aplikasi :
sistem perangkat lunak yang
mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana manajemen
kelas, pembuatan materi atau konten,
forum diskusi, sistem penilaian (rapor), manajemen proses belajar mengajar.
Sistem perangkat lunak tersebut
sering disebut dengan Learning Management Sistem (LMS). LMS banyak yang
opensource sehingga bisa kita manfaatkan dengan mudah dan murah untuk dibangun di sekolah dan universitas.
c.
Koten: konten
dan bahan ajar yang pada e-Learning system (Learning Management System). Konten
dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based
Content (konten berbentuk multimedia) atau Text-based Content (konten
berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa). Konten ini disimpan dalam Learning Management System (LMS) Sehingga
dapat dijalankan oleh siswa kapanpun dan dimanapun.
Konten ini sangat penting karena tanpa adanya konten tidak
ada materi yang dapat disampaikan ke pengguna. Konten berbentuk multimedia
adalah suatu sarana yang di dalamnya terdapat perpaduan (kombinasi) berbagai
bentuk elemen informasi, seperti teks, grafik, animasi, video, interaktif
maupun suara sebagai pendukung untuk mencapai tujuannya yaitu menyampaikan
informasi atau sekedar memberikan hiburan bagi target audiens-nya. Kata multimedia itu sendiri berasal dari kata multi (bahasa latin) yang berarti banyak
dan kata media berasal dari bahasa inggris (medium: bentuk tunggalnya)
diturunkan dari bahasa Latin yang membawa informasi dari suatu sumber informasi
ke penerima (Smaldino dkk, 2005).
Menurut
Smaldino dkk (2005), ada 6 jenis media pokok yang digunakan dalam pembelajaran:
a.
Teks
Ini
adalah media yang paling umum digunakan. Teks adalah karakter-karakter alphanumeric (angka dan abjad) yang
mungkin ditampilkan dalam berbagai format seperti buku, poster, papan tulis
hitam, layar komputer dan sebagainya.
b.
Audio (suara)
Ini
juga media yang umum digunakan. Audio mencakup segala bentuk yang dapat
didengar, misal suara orang, musik, suara-suara mekanis (menjalankan mesin
mobil) dan sebagainya. Suara-suara itu mungkin didengar secara langsung atau
telah direkam.
c.
Visual
Visual
digunakan untuk mempromosikan pembelajaran yang meliputi diagram pada poster,
gambar pada papan tulis, foto, grafik pada buku, gambar kartun dan sebagainya.
d.
Media bergerak
Ini
adalah media yang menunjukan suatu yang bergerak. Yang mencakup video, animasi
dan sebagainya.
e.
Media yang dapat
dimanipulasi
Ini adalah objek 3
dimensi dan dapat disentuh dan dipegang oleh siswa.
f.
Orang
Yang
termasuk dengan ini mungkin guru, siswa atau pakar di bidang tertentu (SME- Subject Matter Expert). Siswa dapat
belajar dari guru, siswa yang lain dan orang dewasa yang lain.
Multimedia dapat dikatagorikan menjadi 2 macam, yaitu
mulitimedia linear dan multimedia interaktif. Multimedia linear adalah suatu
multimedia yang yang tidak dilengakapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat
dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial
(beruntun/lurus),contohnya: TV dan film. Sedangkan multimedia interaktif adalah
suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol (alat bantu berupa
komputer, mouse, keyboard dan lain-lain) yang dapat dioperasikan oleh pengguna,
sehingga pengguna daat memilih apa yang diinginkan untuk proses
selanjutnya.
Contohnya seperti aplikasi game.
Multimedia interaktif menggabungkan dan mensinergikan semua media yang terdiri
dari teks, grafik, audio, dan interaktivitas.
Multimedia yang dirancang khusus untuk pembelajaran disebut
dengan multimedia pebelajaran dan biasannya disebut dengan paket pembelajaran
berbasis komputer. Istilah yang spesifik adalah CAI (Computer Assisted Intruction), CAL (Computer Assisted Learning)
atau CBL (Computer Based Learning).
Walaupun paket- paket ini tidak secara eksplisit mencantumkan multimedia
didalamnya. Namun biasanya paket-paket tersebut memang merupakan multimedia dalam arti luas (mengandung teks, audio, animasi, video, bahkan
simulasi) atau hanya terbatas mengandung beberapa media seperti teks dan gambar
saja. Apapun media yang dikandungnya, ketiganya secara eksplisit menekankan
adanya instruksional yang didesain
di dalamnya. Dengan kata lain di dalam pengembangan CAI,CAL atau CLB sesuai
desain instruksional menjadi kerangka yang mencirikan paket-paket tersebut.
Paket yang dirancang dengan pendekatan behavioristik tentu berbeda dengan paket
yang dirancang pendekatan kognitif.
Sekalipun ketiganya memiliki kesamaan tetapi dari nama yang dikandungnya
ketiganya memiliki arti yang berbeda.
CAI, secara umum bermakna instruksi pembelajaran dengan
bantuan komputer yang memiliki karakteristik yang khas: menekankan belajar
mandiri, interaktif, dan menyediakan
bimbingan (Steinberg, 1991 dalam Gatot, 2008). CAL memiliki arti dan karakteristik
yang senada dengan CAI (Rieber, 2000 dalam Gatot, 2008). Sekalipun di sini CAI atau CAL menekankan belajar mandiri hal ini tidak serta merta
menunjukkan bahwa CAI atau CAL merupakan suatu media utama dalam pemebelajaran. Pada kenyataan CAI atau CAL
lebih banyak berfungsi sebagai media pengayaan
(enrichment) bagi media utama,
baik media utama tersebut adalah guru yang mengajar di depan kelas atau buku
pelajaran utama yang wajib dibaca oleh siswa. Sementara CBL, sesuai dengan
namanya menunjukkan bahwa komputer dipakai sebagai media utama dalam memberikan
pembelajaran. Pada CBL sebagai besar kandungan dari pemebelajaran memang disampaikan melalui media komputer. CBL,
misalnya cocok diberikan pada kasus pendidikan jarak jauh. Perbedaan arti dari
CAI, CAL, dan CBL ini tentu saja
mempengaruhi desain instruksional yang dirancang bagi paket-paket tersebut.